Home → → Mancing « Fajar@hmad's Blog

Mancing « Fajar@hmad's Blog

Kamis, 06 Mei 2010

Pernah sekali waktu saya diajak mancing oleh seorang kawan, sebut saja namanya ucen, dalam satu kesempatan di jam istirahat makan siang, ucen menyambangi saya dan mulai mengajak saya ngobrol, Jarr.. weekend besok kamu ada acara nggak?? nggak ada cen, mang kenapa?? “jawabku”. Main kerumahku aja yuk, ntar kita mancing, “ucen menimpali” boleh.. tapi aku nggak punya joran cen.. jawabku lagi.

Udah gampang, kalo cuman joran mah aku ada stock banyak dirumah, pokoknya kamu tinggal datang aja kerumah, ntar masalah joran sama ubarampe-nya biar aku semua yang urus, “ucen meyakinkanku sekali lagi”

Okelah kalo begitu cen.. eh.. tapi kayaknya kurang asik kalo kita cuman mancing berdua aja cen? gimana kalo kita ajak sekalian si ram ?? “pintaku pada ucen”. Oo ya udah kalo ram emang mau, ajakin aja sekalian, “jawab ucen lagi”, Okelah Cen.. ntar aku bilangin si Ram, pasti dia mau aku ajakin main, secara dia kan emang hoby nglayab gitu & paling anti diem dirumah, apalagi kalo mainnya gak pake modal :D

Oke kalo gitu besok minggu aku tunggu dirumah ya.. jawab ucen mengakhiri obrolan kami di siang itu, selanjutnya kami pergi menuju mushola untuk menyempatkan sholat dhuhur sebelum jam istirahat berakhir..

Saya, Ram, dan Ucen adalah rekan kerja, kami bekerja pada perusahaan yang sama, meskipun pada posisi / bagian yang berbeda-beda. Ram di bagian produksi sebagai FPC, Ucen sebagai admin delivery, sedangkan saya sendiri sudah cukup berbahagia sebagai tukang service.. Kami bertiga memang terkadang suka main bersama di akhir pekan, meski tidak sering, dan akhir pekan besok rencananya akan kami isi dengan liburan yang murah meriah, mancing di empang pamannya ucen. Lumayan sekadar untuk melepas penat dan mengendurkan urat-urat saraf yang ruwet, seruwet jalinan rambutnya almarhum Mbah Surip, setelah seminggu berkecimpung dalam rutinitas kerja yang seolah tak berujung.

Malamnya sebelum pergi mancing, saya menginap di kost-nya si Ram, karena kami memang punya banyak agenda untuk esok harinya, dan harus berangkat pagi-pagi benar agar semua bisa tercover. Malam itu kami habiskan dengan ngobrol ngalor ngidul sambil genjrang-genjreng memainkan tabung resonansi berdawai yang dipinjam si Ram dari kamar sebelah, dan kebetulan beberapa rekan kerja yang lain juga ikut nimbrung malam itu, ada si Barok, Ido, dan Adon, yang semakin meramaikan suasana.

Masing-masing dari kami bergantian menunjukan perform-nya memainkan si gitar oblong, Ram dengan lagu-lagu Ebiet dan Iwan Fals-nya, Barok yang nota bene adalah drummer group band lokal yang beraliran rock memainkan beberapa hitsnya metalica, white lion dan konco-konconya, sedangkan saya sendiri masih setia dengan membawakan beberapa single hits lamanya Pas band, kayak kesepian kita, pantai abis, yob eager, dan seterusnya, dan selanjutnya dan setelahnya.. :D

Keesokan paginya, saya dan Ram sebelum pergi kerumah Ucen, menyempatkan diri untuk mampir ke walahar (wisata bendungan di kota cikampek) terlebih dahulu. Entah mengapa saya selalu senang mengunjungi tempat-tempat yang berair (meskipun saya bukan sejenis mahluk amfibi) seperti pantai, laut, danau, waduk, bendungan, sungai, air terjun, rawa, tambak, empang, bahkan comberan (asal banyak ikannya & nggak ada yang punya :D ). Rasanya pikiran & jiwa ini begitu damai menikmati hembusan semilir angin dan gemericik suara air ataupun deburan suara riak dan ombak. Kondisi walahar pagi itu begitu ramai, mungkin karena pas hari ahad, sehingga hampir semua warga sekitar berkunjung ketempat itu, entah itu untuk lari pagi atau sekadar jalan-jalan dan mejang-mejeng. Saya pun memamklumi hal tersebut, mengingat kota ini yang memang miskin obyek wisata.

Jreng.. jreng..

Dear God the only thing I ask of you

is to hold her when I’m not around,

when I’m much too far away

We all need that person who can be true to you

But I left her when I found her

And now I wish I’d stayed…

Sayup-sayup saya mendengar lagu “Dear God” nya Avenged Sevenfold, setelah saya cari-cari, ee.. ternyata berasal dari ringtone hape saya sendiri, saya lihat dan ternyata ada pesan dari si Ucen “Jadi main kerumah nggak cuy” tanya Ucen dalam pesan tersebut. Segera saya balas pesan tersebut “Iya jadi, ini masih di walahar, mau meluncur kesono” jawabku sekenanya. Segera saya ajak si ram untuk capcus dari walahar dan meluncur ke barat untuk mengambil kitab suci, eh salah.. maksudnya ke timur untuk mengambil kitab suci, eh sory-sory salah lagi, maksudnya ke rumah si Ucen di talagasari.

Setibanya di rumah Ucen, kami langsung disambut dengan sebotol freshtea, uhh rasanya segar sekali, mengingat perjalan mengambil kitab suci yang cukup melelahkan tadi, kamudian kami langsung meluncur ke TKP (Tempat Kolam Pemancingan) di rumah pamannya Ucen, karena empangnya memang disamping rumah pamannya ucen, empang tersebut terletak di pinggir sawah, sehingga sangat sejuk karena ada semilir angin yang berhembus dari sawah, ditepiannya ditanami pohon-pohon besar yang cukup rindang, ada pohon, mahoni, kelapa, mangga, pisang, dan lainnya. Juga ada sebuah dipan untuk duduk-duduk dan istirahat. Bentuk empang tersebut memanjang dan membentuk siku atau huruf (L) dimana satu siku/sisi lebih lebar dari dari sisi yang lain.

Nampaknya pamannya Ucen juga seorang pemancing maniak, terbukti dari koleksi jorannya yang cukup banyak dengan variasi yang beraneka macam, saya sendiri tidak begitu hafal dengan variasi joran, karena saya hanya pemancing tradisional yang masih sering menggunakan cara-cara konvensional. Kalau di kampung, dulu saya biasa mancing dengan alat yang seadanya, sebatang ranting/potongan bambu sebagai joran, yang ujungnya diikat senar layangan sebagai senar pancing, dan untuk pemberat bisa menggunakan mur / besi-besi bekas, sedangkan untuk pelampungnya sendiri bisa menggunakan potongan sendal jepit. Toh dulu, paling-paling saya mancing ikan lele di empang belakang rumah, jadi nggak perlu pake joran yang bagus-bagus dan mahal, mubazir… lha wong asal senar layangan di kasih kail sama cacing pisang terus dilemparin ke empang aja udah pasti dapetnya kok, kecuali kalau mau mencing ikan-ikan lain kayak gabus, wader, betik, melem di terbis (sungai-sungai kecil di pinggiran sawah) terkadang memang dibutuhkan joran kusus, joran dengan gagang yang agak lentur yang dilengkapi dengan rel dan penggulung senar, dan kami biasa membuatnya sendiri dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang ada disekitar kami, tapi itu dulu, dulu sekali, saat saya masih SD atau awal SMP dan sudah lama saya tidak pernah mempraktekannya lagi.

Saya pun mengambil salah satu joran yang disediakan oleh pamannya Ucen, joran yang cukup bagus untuk kelas mancing di empang, dengan bahan semi fiber dan sudah dilengkapi dengan rel dan penggulung senar, umpan yang dipakai juga khusus, bukan cacing ataupun bancet (anak kodok) tetapi dari pelet dengan serbuk manik-manik yang akan berpendar ketika terkena cahaya, katanya ini bisa menggoda ikan untuk mendekat dan melahap umpan.

Saya pun semakin tak sabar saja rasanya, ingin segera melempar kail.

Memancing mengingatkan saya pada sebuah postingan blog yang ditulis oleh Mas Wid dari Jogja, menurutnya

Mancing adalah seni, seni menarik dan mengulur umpan yang terkait pada pancing di ujung senar. Mancing adalah seni memainkan umpan agar bisa menarik perhatian ikan. Kadang umpan perlu ditarik agar menimbulkan efek hidup, kadang perlu diulur agar menimbulkan efek pasrah. Tidak ada teori yang pasti. Pengalamanlah yang akan mengajarkan kelihaian seseorang dalam memancing. Sebagai suatu seni tidak pernah ada yang salah dengan apapun yang ada kaitannya dengan mancing. Tergantung bagaimana persepsi tiap orang dalam mengapresiasi mancing sebagai suatu seni.

Tidak ada yang salah dengan mancing.

Mancing adalah alternatif yang menggembirakan untuk mengisi waktu luang. Di luar nelayan, mancing adalah suatu hobi yang menyatukan kegiatan olahraga dan rekreasi. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh siapa saja dan di mana pun sepanjang di daerah tersebut terdapat air yang menjamin hidup ikan.

Memancing memiliki kenikmatan tersendiri yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain, yaitu saat menunggu umpan dimakan ikan dan saat mendapatkan ikan. Meski hanya banyak diam menunggu umpan dimakan, para pehobi mancing dapat seolah-olah melupakan dunia di sekitarnya.

Sebelum mulai memancing, kami terlebih dahulu membagi wilayah teritorial, Ucen di bagian utara, saya dan Ram memilih di tengah sambil duduk diatas dipan, sedangkan pamannya Ucen memilih menjauh di ujung empang bagian selatan yang sedikit lebih sempit.

Masing-masing dari kami mulai menunjukan aksinya, Ucen dengan gaya mancingnya terlihat begitu profesional melempar kail ke titik hotspot dugaan ikan-ikan berkumpul, hampir mirip dengan gaya memancing didit si pembawa acara mancing mania di salah satu stasiun tv lokal.  Sedangkan si Ram dengan aksi culun-nya terlihat begitu pasrah dan apa adanya, setelah kail diberi umpan kemudian langsung main cemplang-cemplung saja seenaknya, tanpa taktik, tanpa teknik, bahkan cenderung berisik karena sedari tadi ia sibuk dengan hape-nya sendiri.

Saya sendiri coba mengaplikasikan teknik mancing garong seperti yang biasa saya terapkan dulu ketika memancing lele dumbo di empang belakang rumah, berharap teknik ini juga akan berhasil saya terapkan disini.

Satu jam…

dua jam…

tak ada satupun ikan yang sudi menyambar kail kami, bahkan hanya untuk sekadar menyambangi.. ck ck ck.. kamipun mulai bosan dengan keadaan, kecuali si Ram yang masih asyik berkutat dengan hape jadul-nya, entah sedang online dengan siapa, untunglah ada selingan, bibi si Ucen tiba-tiba muncul dari belakang membawakan minuman dan sepiring gorengan, entah apa namanya, yang jelas enak rasanya.. :D

Aneh juga saya pikir, kata si Ucen ini empang cukup banyak ikannya, tapi kok nggak ada satupun yang menyambar kail kami ya?? Nampaknya ikan-ikan sekarang memang semakin pintar sahaja.. mungkin mereka telah berevolusi sehingga mempunyai volume otak yang lebih besar di banding para leluhur dan nenek moyang-nya.. dan memungkinkan untuk bisa berfikir.. hahahaha.. sebuah alasan untuk pembenaran yang tidak berdasar, tapi anehnya kok teori evolusi ini masih terus diajarkan di sekolah-sekolah kita ya.. padahal sudah jelas-jelas kebobrokan-nya..

Grupyakkk…. (suara cipratan air)

Horeeeeeeee…….. Gue dapeeeettttt………

Teriak si Ram yang tiba-tiba bersorak kegirangan, seekor ikan mas yang lumayan cukup besar telah menyambar kail-nya, dan dia dapat menyelesaikan pertarungan-nya dengan sukses.

Melihat keberhasilan si Ram yang berhasil mendapatkan ikan mas, akhirnya semangat mancing saya pun kembali berkobar, setelah sebelumnya sempat meredup dan hampir padam, kali ini saya mencoba menerapkan teknik mancing yang berbeda dengan lokasi yang berbeda pula, setelah sebelumnya teknik mancing garong saya tidak berhasil, teknik baru saya ini, saya beri nama “teknik ngawur”, karena  memang tidak ada referensi dan dasar-nya, semua dilakukan secara spontanitas berdasarkan ilham dan wangsit yang saat itu kebetulan sedang melintas di benak saya. Sebuah lemparan mulus saya lakukan dan mendarat di bawah rerimbunan pohon mangga diantara akar-akar pohon yang menjulur ke empang, tempat dimana ikan-ikan besar suka nongkrong sambil ngobrol ngalor-ngidul katanya.. Namun lagi-lagi, jualan saya nampaknya tak laku, umpan di kail saya hanya dititili (baca: dimakan sedikit-sedikit) hingga beberapa kali saya harus mengganti umpan karena selalu habis dititili tanpa mau di lahap secara utuh :(

hmmm…. ikan yang pintar…

Namun tak ada usaha yang sia-sia, selang beberapa saat tiba-tiba pelampung kail saya bergerak-gerak, nampaknya ada seekor mahluk air yang telah menyambar kail saya, entah itu hiu, baracuda, piranha, atau mungkin blue marlin.. :D   Saya pun siap siaga menunggu moment yang tepat untuk menarik kail, dan setelah moment yang dirasa telah benar-benar tepat, dengan cepat saya tarik gagang joran dengan hentakan yang cukup keras ke udara, hingga si mahluk air tadi terpelanting ke udara dan jatuh berdebum ke bumi dengan pendaratan yang nyaris sempurna.

Karena penasaran saya pun lekas berpaling dan menengok hasil tangkapan saya, dan…  elhadhalaaaahhhh…. ternyata hasil yang saya dapat cuma seekor anakan mujaer yang besarnya tak lebih dari dua ruas jari yang disatukan :( ck..ck..ck.. tapi lumayanlah.. daripada nggak dapat sama sekali, batin saya menghibur diri..

Cihuuuuuuuyyyy…. Gue dapet lagiiiiiiiiiii…..

si Ram berteriak-teriak kegirangan lagi, ternyata dia baru dapat seekor mujaer juga, tapi dengan ukuran yang cukup besar, jika dimasak bisa untuk lauk sekali santap. Sedangkan si Ucen telihat muntab, karena tak satupun ikan yang di dapat, padahal diantara kami bertiga (saya, Ucen, dan Ram) Ucen lah yang paling senior dalam hal pancing memancing.

Sampai disini saya pun dapat mengmbil kesimpulan bahwa mancing juga mengadu keberuntungan, buktinya si Ram yang nota bene masih newbie dalam dunia perpancingan, ee.. malah dia yang jadi top scorer, sedangkan si Ucen dan pamannya yang lebih lama berkecimpung dalam dunia perpancingan harus rela gigit jari karena tak seekor ikanpun yang didapat.

Lagi lagi Ram bersorak-sorak ria kegirangan, kali ini seekor ikan mas berhasil ia dapatkan lagi, huhu… benar-benar hari itu kami harus mengaku kalah sama Ram, dan menarik kembali perkataan “pemancing bergaya culun” saya kepadanya, salut deh.. Perolehan itu sekaligus menjadi penutup acara mancing kami di hari itu, dengan total perolehan 4 ekor, dengan rincian 2 mujaer, dan 2 ikan mas, namun hasil mancing kami hari itu tidak serta merta kami bawa pulang karena kami memang tak pandai mengolahnya, jadi kami serahkan saja sama si Ucen, dan kabarnya ikan-ikan hasil mancing kami itu akan Ucen berikan sebagai oleh-oleh buat sang calon mertua.. hehe.. anak pinter.. :D tapi apa nggak terlalu sedikit ya..

Selepas shalat ashar, kami tidak langsung memutuskan untuk pulang, atas usulan si Ucen akhirnya kami berencana untuk melanjutkan petualangan kami hari itu ke pantai tempuran, kata Ucen cuma dibutuhkan waktu sekitar 30 menit sahaja dari situ, dan kami pikir dengan waktu segitu, sesampainya kami disana nanti, kami masih bisa menikmati sunset, jadi kami putuskan untuk setuju. Untuk detail perjalannya mungkin akan saya ceritakan dilain waktu sahaja.. itupun kalau saya tidak lupa.. jadi bersabar sahaja.. :D

***

Beberapa bulan berselang.. kami jarang main bersama lagi..

masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri..

Si Ucen sibuk dengan kuliahnya, selain itu kabarnya sebentar lagi dia juga mau merit..

Si ram, entahlah.. mungkin dia sibuk dengan pacar-pacarnya.. :D

Saya sendiri tidak mau kalah, saya juga sibuk berkeliaran.. meski cuma di internet.. :D

***

Jarrr……

Kapan mau main ke rumah lagi..  ntar kita mancing lagi..

sapa Ucen membuka obrolan di Jam istirahat makan siang..

emm.. boleh.. tapi syaratnya sebelum kita datang, ikan-ikanmu harus disuruh puasa dulu selama seminggu.. gimana..

Jawab saya sekenanya..

0 Komentar Untuk "Mancing « Fajar@hmad's Blog"

Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Terimakasih atas komentar Anda di "Mancing « Fajar@hmad's Blog"